Saturday, August 15, 2009

PESANAN DAN AMARAN KEPADA ULAMA YANG GILAKAN JAWATAN DAN KEKUASAAN


عَنِ ابْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ الْأَنْصَارِيِّ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ :قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلاَ فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ


Dari Ka’b bin Malik, Rasulullah bersabda, “Tidaklah dua ekor serigala yang lapar dilepas di tengah sekawanan kambing lebih merusak daripada merusaknya seseorang terhadap agamanya karena cita-citanya untuk mendapatkan harta dan kedudukan.”



Makna Hadits


1. Makna hadits ini, kerosakan yang ditimbulkan oleh dua ekor serigala lapar yang dibiarkan bebas di antara sekawanan kambing masih belum seberapa apabila dibandingkan kerusakan yang muncul karena cita-cita seseorang untuk mendapatkan kekayaan dan kedudukan. Karena, cita-cita untuk mendapatkan harta dan kedudukan akan mendorong seseorang untuk mengorbankan agamanya.


2. Adapun harta, dikatakan merosak karena ia memiliki potensi untuk mendorongnya terjatuh dalam nafsu serta mendorongnya untuk berlebihan dalam bersenang-senang dengan hal-hal mubah. Sehingga akan menjadi kebiasaannya. Terkadang ia terikat dengan harta lalu tidak dapat mencari dengan cara yang halal, akhirnya ia terjatuh dalam perkara syubhat. Ditambah lagi, harta akan melalaikan seseorang dari zikrullah. Hal-hal seperti ini tidak akan terlepas dari siapapun.




3. “Cita-cita seseorang terhadap kedudukan tentu lebih berbahaya dibandingkan cita-citanya terhadap harta. Karena usaha untuk mendapatkan kedudukan duniawi, derajat tinggi, kekuasaan atas orang lain, dan kepemimpinan di atas muka bumi, lebih besar mudaratnya dibandingkan usaha mencari harta. Sungguh besar mudaratnya. Bersikap zuhud dalam hal ini begitu sulit.”


Menjaga Agama Adalah Cita-cita Mulia


4. Di dalam hadits ini terdapat faedah yang mengingatkan kita bahwa perkara yang terpenting bagi seorang hamba adalah menjaga agamanya. Serta merasa rugi apabila muncul kekurangan di dalam menjalankan agama. Cinta seorang hamba terhadap harta dan kedudukan, upaya yang ia tempuh untuk mendapatkannya, ambisi untuk meraih harta dan kedudukan, serta kerelaan bersusah-payah untuk mengalahkan, hanya akan menyebabkan kehancuran agama dan runtuhnya sendi-sendi agamanya. Simbol-simbol agama akan terhapus. Bangunan-bangunan agamanya pun akan roboh. Ditambah lagi bahaya yang akan ia hadapi karena menempuh sebab-sebab kebinasaan.



5. Rasulullah melarang umat Islam untuk meniru akhlak tercela kalangan Yahudi. Karena meniru akhlak tercela mereka akan berakhir dengan kehancuran dan celaka. Di antara sekian banyak tingkah laku Yahudi yang harus dijauhi adalah cita-cita untuk mendapatkan kedudukan. Apakah patut seorang muslim mengaku memperjuangkan Islam, sementara cara yang digunakan adalah cara-cara Yahudi?


6. Dengan berebut jawatan, meraih suara terbanyak, ingin tampil ke depan, hendak memimpin, menduduki jawatan-jawatan dan kedudukan, dan menjadi seorang penguasa? Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:



زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ


“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Ali ‘Imran: 14)


7. Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thabari ketika menjelaskan ayat di atas menyatakan, “Telah dibuat indah untuk manusia sifat tertariknya mereka terhadap wanita dan anak keturunan serta segala hal yang disebutkan. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan hal ini hanyalah untuk menjelaskan sifat buruk orang-orang Yahudi. Mereka lebih mengutamakan dunia dan cita-cita terhadap kekuasaan dibandingkan harus mengikuti Nabi Muhammad, padahal mereka telah mengetahui kebenarannya.” (Tafsir Ath-Thabari)




Cita-cita Untuk Berkuasa Pasti Disertai Sikap Mengaibkan Orang Lain


8. Adapun orang-orang yang bercita-cita untuk meraih tampuk kekuasaan, Ibnul Qayyim menjelaskan, mereka mengejar kekuasaan untuk melampiaskan seluruh keinginan. Yaitu berkuasa di muka bumi, agar seluruh hati mengarah dan cenderung kepada mereka, serta membantu mereka di dalam mewujudkan keinginan.


9. Dalam keadaan merekalah yang menguasai dan mengatur. Sehingga cita-cita untuk meraih kekuasaan hanya akan melahirkan kerosakan-kerosakan yang tidak mungkin diketahui secara pasti jumlahnya kecuali oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akan muncul dosa, hasad, perbuatan-perbuatan yang melampaui batas, dengki, kezaliman, fitnah, fanatik pribadi, tanpa memedulikan lagi hak Allah Subhanahu wa Ta’ala.


10. Orang yang terhina di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala akan dimuliakan sementara orang yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala pasti dihina. Kekuasaan duniawi tidak mungkin sempurna kecuali dengan cara-cara kotor seperti tersebut di atas. Kekuasaan duniawi tidak akan tercapai kecuali dengan menempuh langkah-langkah yang penuh dengan mafsadah, bahkan berkali-kali lipat. Sementara orang-orang yang telah meraih kekuasaan amatlah buta dengan hal-hal ini.


11. Al-Fudhail bin ‘Iyadh berkata: “Tidak ada seorang pun yang memiliki cita-cita untuk mendapatkan kekuasaan melainkan ia pasti menyebutkan kekurangan dan cela orang lain, sehingga dialah yang dikenal sebagai orang sempurna. Dia pun tidak akan senang apabila ada yang menyebutkan kebaikan orang lain. Barangsiapa gila kekuasaan maka ucapkan ‘selamat berpisah’ dari kebaikan-kebaikannya.”



Cita-cita Untuk Meraih Kekuasaan Akan Merosak Ilmu


12. Al-Ahnaf bin Qais menjelaskan bahwa penyakit yang akan merusak alim ulama adalah cita-cita untuk meraih kekuasaan. (‘Aja'ib Al-Atsar) Al-Imam Ahmad pernah berkata kepada Sufyan bin ‘Uyainah, “Cinta kekuasaan lebih disenangi orang dibandingkan emas dan perak. Barangsiapa bercita-cita memperoleh kekuasaan ia akan mencari-cari aib orang lain.” (Al-Adab Asy-Syar’iyyah, Ibnu Muflih)




13. Sufyan Ats-Tsauri berkata, “Kekuasaan lebih disenangi oleh ahli qira’ah dibandingkan emas merah.” (Al-Wara’, Al-Imam Ahmad hal. 91)
Ibnu ‘Abdus berkata, “Setiap kali bertambah kemuliaan seorang alim dan bertambah tinggi derajatnya, maka semakin cepat dia merasa ujub. Kecuali orang yang dijaga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan taufiq-Nya dan membuang ambisi terhadap kekuasaan dari dirinya.” (Jami’ Bayan Al-‘Ilmi wa Fadhlih 1/142, Ibnu ‘Abdil Barr)




cita-cita Untuk Meraih Kekuasaan Akan Merusak Realisasi Cinta Kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala


14. Seringkali nafsu khafiyyah (tersembunyi) yang masuk pada diri seseorang dapat merusak realisasi cinta seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Merosak pula penghambaan dan keikhlasan di dalam beragama. Sebagaimana pernyataan Syaddad bin Aus, ”Wahai sekalian sisa-sisa orang Arab. Sesungguhnya yang paling aku cemaskan bila menimpa kalian adalah riya’ dan syahwat khafiyyah.”




15. Ketika ditanya tentang makna syahwat khafiyyah, Al-Imam Abu Dawud As-Sijistani menjawab, “Syahwat khafiyyah adalah cita-cita terhadap kekuasaan.”



Ulama Islam dan Kedudukan


16. Kepada mereka yang mengaku sedang memperjuangkan Islam. Kepada mereka yang merasa sedang mengibarkan bendera Islam. Apakah mereka lebih baik dari Salaf, generasi pertama umat Islam? Apakah mereka tidak membaca biografi para ulama? Perhatikanlah sabda Rasulullah, Abdurrahman bin Samurah dalam riwayat Muslim:


يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ، لاَ تَسْأَلِ الْإِمَارَةَ فَإِنَّكَ إِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا وَإِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا


“Wahai Abdurrahman, janganlah engkau meminta kepemimpinan. Karena sesungguhnya bila engkau memperoleh kepemimpinan karena permintaanmu maka engkau akan dibiarkan. Dan jika engkau memperolehnya tanpa dasar permintaan engkau akan dibantu.”


17. Al-Imam Adz-Dzahabi di dalam Siyar A’lam An-Nubala’ menyebutkan banyak kisah menakjubkan dari sisi-sisi kehidupan para ulama. Mereka adalah manusia-manusia pilihan yang berusaha menjauhkan diri dari kedudukan dan kekuasaan.


KISAH ULAMA YANG TAKUT MENERIMA JAWATAN DAN Kedudukan


18. Manshur bin Al-Mu’tamir As-Sulami menolak untuk diangkat sebagai seorang qadhi. Maka dikirimlah serombongan pasukan untuk memaksanya. Kepada Yusuf bin ‘Umar, komandan pasukan tersebut, dikatakan, ”Walaupun engkau koyak kulit tubuhnya, dia tidak akan mau untuk menerima tawaran tersebut.” Maka, Manshur pun ditinggalkan.


19. Abu Qilabah Al-Jarmi, salah seorang tabi’in, lari meninggalkan negerinya dari Bashrah hingga daerah Yamamah dan meninggal di sana. Beliau lari untuk menghindari tawaran menjadi seorang qadhi. Ayyub As-Sikhtiyani pernah menemuinya dan bertanya tentang alasan beliau untuk lari menghindar. Maka Abu Qilabah menjawab, “Aku tidak melihat sebuah perumpamaan yang tepat untuk seorang qadhi kecuali seseorang yang tercebur di dalam lautan yang luas, hingga bila dia akan mampu berenang? Pasti dia akan tenggelam.”




20. Abdullah bin Wahb bin Muslim Al-Qurasyi ketika menolak untuk diangkat menjadi seorang qadhi, beliau berkata kepada seseorang yang menanyakan sebab penolakannya, “Apakah engkau tidak mengerti bahwa para ulama akan dikumpulkan pada hari kiamat bersama para nabi? Sementara para qadhi akan dikumpulkan bersama para penguasa?”




21. Al-Mughirah bin Abdillah Al-Yasykuri menolak permintaan Khalifah Harun Ar-Rasyid untuk menjadi seorang qadhi. Beliau beralasan, Sungguh demi Allah, wahai Amirul Mukminin, aku lebih memilih dicekik oleh setan daripada harus memegang kedudukan qadha’. Ar-Rasyid lalu berkata, “Tidak ada lagi keinginan selain itu.” Kemudian Harun Ar-Rasyid pun mengabulkan permintaannya.



22. Al-Imam Abdurrahman bin Mahdi berkata, “Amirul Mukminin memaksa Sufyan Ats-Tsauri untuk memegang kedudukan al-qadha’ (yakni menjadi qadhi). Maka, Sufyan pun berpura-pura menjadi orang bodoh agar terbebas. Setelah Amirul Mukminin mengetahui hal tersebut, maka Sufyan pun dibebaskan lalu ia melarikan diri.”


23. SEKIRANYA SEMUA MANUSIA KEMBALI MENGINGATI SEJARAH RASULLULAH DAN PARA SAHABAT DAN ULAMA-ULAMA BESAR TERDAHULU MAKA SUASANA SEKARANG TIDAK AKAN TIMBUL DIMANA ULAMA YANG MENUBUHKAN PARTI POLITIK MENGGUNAKAN ISLAM UNTUK MENCAPAI APA YANG DIKEHENDAKI OLEH NAFSU MEREKA BUKANNYA UNTUK ALLAH YANG MAHA BERKUASA...

7 comments:

Anonymous said...

bro TL

isu ni aku suka nak komen tapi tak meleretlah macam kifli tu kan

sebab apa yang tertulis di atas tu memang terkena kat batang hidung org pas lah

dia org nilah ulama yang terkejarkan jawatan dan kedudukan dalam parti dan kerajaan

memang dia org lah yang mencaci, tohmah dan fitnah sesama islam bro

patutnya orang pas kena masukkan artikel ni dalam harakah baru sedar sikit pemimpin pas yang dah lupa daratan dan suruhan ALLAH ni

susah beb kalau dah terkena dugaan jawatan dan kuasa ni buta mata hati kita dibuatnya

itulah sahaja Bro TL

satu artikel yang menyedarkan

Lin said...

SALAM SAUDARA ANON 8.58

BUKAN SAHAJA MENYEDARKAN TETAPI KITA MENGHARAP SUPAYA MEREKA YANG TERBABIT SUPAYA SEDAR DAN INSAF ATAS APA YANG DILAKUKAN SELAMA INI

SEKIRANYA BENAR INI BERJUANG DI JALAN ALLAH MAKA DEKATILAH DIRI DENGAN ALLAH DAN TAKUTLAH SEGALA BEBAN YANG AKAN DIPIKUL DIHADAPAN ALLAH KELAK DAN KALAU SEORANG PENDUDUK DALAM KAWASAN YANG KITA PERINTAH MERASAKAN IANYA DIZALIMI MAKA KITA MESTI BERTANGGUNGJAWAB ATAS KEZALIMAN YANG DIRASAINYA KELAK

SEMOGA PEMIMPIN YANG BERGELAR ULAMA SEDAR AKAN BAHAYA PERBUATAN MEREKA INI

SALAM

Anonymous said...

terima kasih atas usaha saudara membangkit isu ini bukan apa hanya untuk menyedarkan ramai menusia yang menganggap mereka itu ulama tapi perangai macam ahli politik aje.............

kalau nak bejuang dalam agama ALLAH maka ikutlah jalan yang diikuti oleh para sahabat bukannya jalan yahudi.............................

ingalah ulama pas kami sudah tahu mbezakan yang tulen dan yang palsu

Lin said...

SALAM SDR ANON 9.53

WALAUPUN MEREKA SUKAR UNTUK MENERIMA KENYATAAN TETAPI SEKURANG-KURANGNYA MEREKA MEMBACA DAN FAHAM SERTA TAHU KESALAHAN YANG MEREKA LAKUKAN

SALAM

Anonymous said...

hello bro

tengoklah umno tu dulu sebelum nak cakap pasal pas

eXception said...

kepada Anon 8.15 PM, kita bercakap hal ehwal PAS sbb parti itu ramai yg mengaku ulama, tetapi ulama suu' belaka... Dalam UMNO tiada yg mengaku ulama dan menjatuhkan fatwa sesuka hati...

eXception - Bukan Sekadar Blog Picisan

Lin said...

SALAM SAUDARA EXCEPTION

SAYA SEBENARNYA MALAS NAK LAYAN BUDAK2 PAS NI SEBAB DIA ORANG TAK FAHAM HUJAH KITA DAN HANYA BUKA TELINGA KEPADA CERAMAH PAS AJE...

SEBAB TU SAMPAI DAH TUA PUN SUSAH NAK TERIMA KEBENARAN


SALAM